Perlunya Pariwisata yang Seimbang di Bali untuk Mencegah Kepadatan: Uno

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan kekhawatirannya mengenai potensi kepadatan pariwisata di Bali Selatan, dengan menyebut Barcelona sebagai contoh peringatan. Dalam sambutannya di Konferensi THINC Indonesia di Kabupaten Badung pada hari Rabu, Uno menekankan perlunya pendekatan yang seimbang dalam pengembangan pariwisata.

“Bali Selatan hampir memasuki fase kepadatan pariwisata,” peringatnya. “Kenaikan 10 persen lagi bisa membawa kita ke wilayah tersebut. Kita harus menghindari situasi seperti di Barcelona, di mana turis menjadi musuh publik,” tambahnya.

Ia merujuk pada protes yang terjadi di Barcelona pada Juli 2024, di mana warga kota mengungkapkan frustrasi mereka terhadap jumlah turis yang sangat banyak di kota tersebut.

Untuk mencegah situasi serupa di Bali, Uno menekankan perlunya penerapan praktik bisnis berkelanjutan dan peningkatan kualitas pariwisata.

Meskipun Bali memiliki angka pariwisata yang mengesankan, dengan tingkat hunian mencapai 90 persen dan jumlah pengunjung harian melebihi 21 ribu, Uno menekankan pentingnya penyebaran kunjungan turis ke luar Bali Selatan.

Kemacetan lalu lintas dan masalah lain yang timbul dari kepadatan pariwisata telah memicu seruan untuk investasi di Bali Barat dan Bali Utara, termasuk daerah yang kurang dikenal seperti Karangasem, Klungkung, Tabanan, dan Bangli.

Konferensi THINC Indonesia yang berlangsung selama dua hari ini memberikan platform bagi para pemangku kepentingan industri untuk membahas peluang investasi, berbagi pengetahuan, dan mengeksplorasi tren terbaru dalam pengembangan dan manajemen hotel.

Acara ini fokus pada persimpangan antara pariwisata dan perhotelan, membahas topik-topik seperti pembiayaan, pengembangan properti, manajemen aset, dan dampak teknologi pada industri.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan terjadinya kepadatan pariwisata di Bali Selatan. Dalam pidatonya di Konferensi THINC Indonesia di Kabupaten Badung, Uno menyoroti perlunya pendekatan yang lebih seimbang dalam pengembangan sektor pariwisata.

“Saat ini, Bali Selatan hampir mengalami kepadatan pariwisata. Jika terjadi peningkatan sebesar 10 persen lagi, kita bisa berada dalam situasi yang serupa dengan Barcelona,” ujar Uno. Ia mengacu pada protes yang terjadi di Barcelona pada Juli 2024, di mana penduduk kota merasa tertekan oleh jumlah wisatawan yang sangat tinggi.

Untuk menghindari masalah serupa di Bali, Uno menekankan pentingnya menerapkan praktik bisnis yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas layanan pariwisata. Meski angka kunjungan wisatawan Bali sangat tinggi, dengan tingkat hunian hotel mencapai 90 persen dan jumlah pengunjung harian melebihi 21 ribu orang, Uno menegaskan pentingnya penyebaran kunjungan ke wilayah di luar Bali Selatan.

Masalah kemacetan lalu lintas dan dampak negatif dari kepadatan pariwisata telah mendorong seruan untuk berinvestasi di daerah-daerah lain seperti Bali Barat dan Bali Utara, termasuk wilayah yang kurang dikenal seperti Karangasem, Klungkung, Tabanan, dan Bangli.

Konferensi THINC Indonesia yang berlangsung selama dua hari memberikan platform bagi para pelaku industri untuk membahas peluang investasi, berbagi pengetahuan, dan mengeksplorasi tren terbaru dalam pengembangan dan manajemen hotel. Konferensi ini juga membahas aspek-aspek penting dari sektor pariwisata dan perhotelan, termasuk pembiayaan, pengembangan properti, manajemen aset, dan dampak teknologi terhadap industri.