Utusan Amerika Serikat (AS), Amos Hochstein, mengancam akan menarik diri dari proses mediasi antara Israel dan Lebanon terkait gencatan senjata jika Israel tidak menerima proposal AS. Hochstein memberi tahu Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog, bahwa AS akan menghentikan peran mereka sebagai perantara dalam mediasi ini jika Tel Aviv gagal merespons positif terhadap tawaran tersebut.
Laporan Channel 13 Israel pada Minggu (24/11) menyebutkan bahwa Hochstein, setelah melakukan kunjungan ke Beirut pada 19-21 November untuk bertemu dengan pejabat Lebanon, melanjutkan pertemuannya dengan pihak Israel. AS sendiri dilaporkan tengah berupaya mengusahakan gencatan senjata antara kelompok Hizbullah Lebanon dan Israel, di tengah konflik yang semakin intensif sejak dimulainya perang Gaza.
Pada 19 November, Kepala Pemerintahan Israel, Benjamin Netanyahu, mengajukan persyaratan bagi kesepakatan gencatan senjata, yaitu kebebasan untuk melakukan operasi militer di Lebanon selatan. Proposal tersebut ditolak oleh Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang sebelumnya telah meninjau proposal AS.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, mengungkapkan bahwa Hizbullah siap bernegosiasi dengan dua syarat: penghentian agresi Israel secara menyeluruh dan perlindungan terhadap kedaulatan Lebanon. Ia menegaskan bahwa kini keputusan berada di tangan Netanyahu dan sejauh mana Israel berkomitmen untuk mencapai kesepakatan.
Menurut Channel 14 Israel, pejabat senior Israel mengindikasikan bahwa Israel akan segera mengakhiri perang di Lebanon dalam beberapa hari ke depan, dengan rencana untuk menandatangani kesepakatan sementara yang difasilitasi oleh AS, yang akan dilanjutkan dengan perjanjian permanen dengan Lebanon. Selain itu, Israel juga berencana untuk memindahkan fokus pasukan mereka ke Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Sejak dimulainya serangan Israel ke Lebanon pada Oktober tahun lalu, lebih dari 3.600 orang telah tewas di Lebanon, lebih dari 15.300 terluka, dan lebih dari 1 juta orang terpaksa mengungsi akibat serangan udara dan darat Israel. Konflik ini semakin meningkat dengan serangan darat Israel ke Lebanon selatan pada 1 Oktober 2024.
Amerika Serikat (AS) mengancam akan menarik diri dari peran mereka sebagai mediator dalam upaya gencatan senjata antara Israel dan Lebanon, jika Israel tidak menerima proposal yang diajukan oleh Washington. Amos Hochstein, utusan AS untuk negosiasi energi dan mediator dalam proses ini, menyampaikan ancaman tersebut kepada Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog, pada Minggu (24/11). Menurut laporan Channel 13 Israel, Hochstein memperingatkan bahwa jika Israel gagal memberikan respons positif terhadap tawaran gencatan senjata AS dengan Lebanon, maka AS akan menghentikan perannya sebagai perantara dalam mediasi.
Sebelumnya, Hochstein melakukan kunjungan dua hari ke Beirut pada 19-21 November, di mana dia bertemu dengan pejabat Lebanon untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dengan Israel. Hochstein kemudian melanjutkan pertemuannya ke Israel hingga 22 November, untuk membahas hal yang sama dengan pejabat Israel.
AS berupaya untuk merundingkan gencatan senjata antara kelompok Hizbullah di Lebanon dan Israel, yang terlibat dalam konflik sejak dimulainya perang Gaza pada tahun lalu. Israel, yang mendapat dukungan penuh dari AS dalam agresinya terhadap Gaza, telah mengajukan syarat tertentu untuk kesepakatan gencatan senjata, termasuk kebebasan untuk melakukan operasi militer di Lebanon selatan. Syarat ini ditolak oleh Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang menyebutkan bahwa proposal AS tidak sesuai dengan kepentingan Lebanon.
Di sisi lain, Hizbullah telah mengungkapkan keprihatinannya terhadap proposal tersebut dan menekankan bahwa mereka hanya akan menyetujui gencatan senjata dengan dua syarat utama: penghentian total agresi Israel dan perlindungan terhadap kedaulatan Lebanon.
Beberapa pejabat Israel juga menyatakan bahwa negara mereka berada di ambang mengakhiri perang di Lebanon dalam waktu dekat, dengan rencana untuk menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang sementara, sebelum beralih ke perjanjian permanen dengan Lebanon. Hal ini juga diharapkan dapat mengalihkan pasukan Israel untuk fokus pada operasi di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta memulihkan stabilitas ekonomi Israel yang terganggu oleh pertempuran di utara.
Konflik yang telah berlangsung selama setahun ini telah menyebabkan lebih dari 3.600 kematian dan lebih dari 15.300 orang terluka di Lebanon, sementara lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi akibat serangan udara dan darat Israel.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.