Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan pada 19 November 2024 bahwa bantuan kemanusiaan untuk Gaza utara terhambat selama lebih dari 40 hari akibat penolakan dan hambatan signifikan terhadap 27 dari 31 misi yang direncanakan. Wilayah yang terdampak termasuk Beit Hanoun, Beit Lahiya, dan sebagian Jabalya. Akibatnya, fasilitas penting seperti toko roti, dapur umum, serta dukungan nutrisi dan sanitasi di Gaza Utara terhenti. OCHA memperingatkan bahwa beberapa wilayah berisiko menghadapi kelaparan yang mengancam jiwa jika bantuan tidak segera diberikan.
Selain itu, akses ke rumah sakit di Gaza Utara, seperti Rumah Sakit Kamal Adwan dan Al Awda, sangat terbatas karena kekurangan pasokan medis, bahan bakar, dan unit darah. Usaha oleh mitra kesehatan internasional untuk meningkatkan kapasitas medis terus dihalangi oleh otoritas Israel. Sebagai contoh, misi bantuan yang dipimpin oleh WHO dan mitra lainnya pada 17 November terpaksa menurunkan makanan dan sebagian pasokan medis di pos pemeriksaan militer Israel sebelum sampai ke rumah sakit yang membutuhkan.
OCHA juga mengungkapkan kekhawatiran terkait laporan penjarahan bersenjata yang semakin sistematis di Gaza, yang menghambat operasi bantuan kemanusiaan dan membahayakan nyawa staf mereka. OCHA menyerukan agar operasi penegakan hukum dilakukan secara sah, proporsional, dan segera untuk mengatasi masalah ini.
Badan ini menegaskan pentingnya membuka lebih banyak titik masuk ke Gaza dan rute internal tambahan untuk pengiriman bantuan. OCHA juga menegaskan bahwa Israel, sebagai negara pendudukan, memiliki tanggung jawab utama untuk memulihkan ketertiban dan keamanan di Gaza, termasuk memungkinkan polisi sipil untuk beroperasi dengan standar penegakan hukum yang sesuai.
Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) pada 19 November 2024 menyampaikan bahwa upaya pengiriman bantuan ke Gaza utara telah terhambat lebih dari 40 hari. Bantuan yang seharusnya sampai ke wilayah seperti Beit Hanoun, Beit Lahiya, dan sebagian Jabalya, telah ditolak atau terhambat, dengan 27 dari 31 misi yang direncanakan tidak dapat dilaksanakan. Akibatnya, fasilitas penting seperti toko roti, dapur umum, serta dukungan nutrisi dan sanitasi terpaksa ditutup, sementara pasokan air dan bahan bakar untuk fasilitas sanitasi juga terblokir.
Selain itu, akses ke rumah sakit di Gaza Utara, seperti Rumah Sakit Kamal Adwan, Al Awda, dan Indonesia, sangat terbatas karena kekurangan pasokan medis, unit darah, dan bahan bakar. Upaya oleh mitra kemanusiaan untuk mengirimkan tim medis internasional dan memperkuat kapasitas rumah sakit juga terus dihalangi oleh otoritas Israel.
OCHA juga melaporkan bahwa penjarahan bersenjata semakin meningkat dan menghambat bantuan, dengan risiko meningkatnya ancaman terhadap nyawa staf kemanusiaan. Mereka mendesak agar operasi penegakan hukum dilakukan secara sah dan proporsional, serta menyerukan pembukaan lebih banyak titik masuk ke Gaza untuk pengiriman bantuan. Pihak Israel, sebagai negara pendudukan, diminta untuk memulihkan ketertiban dan memungkinkan polisi sipil di Gaza untuk beroperasi sesuai dengan standar penegakan hukum.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.