Ketegangan udara antara China dan Filipina di Laut China Selatan semakin meningkat, dengan insiden terbaru yang melibatkan pesawat-pesawat kedua negara di wilayah yang disengketakan. Pada 20 Februari 2025, Kementerian Pertahanan China melaporkan bahwa Komando Palagan Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengusir dua pesawat Filipina, C-208 dan N-22, yang dianggap telah memasuki wilayah udara China di atas Pulau Huangyan (Scarborough Shoal).
China mengklaim bahwa salah satu pesawat Filipina, C-208, melakukan manuver yang berbahaya dengan menurunkan ketinggiannya secara drastis dalam waktu singkat, yang dianggap dapat meningkatkan risiko insiden maritim dan udara. Beijing juga menanggapi dengan tuduhan bahwa Filipina berusaha memutarbalikkan fakta mengenai insiden tersebut dan memprovokasi masalah.
Ini merupakan insiden kedua yang melibatkan ketegangan antara kedua negara di Laut China Selatan, yang memiliki klaim teritorial yang saling bertentangan. Sebelumnya, Australia juga mengungkapkan adanya ketegangan serupa dengan pesawat China yang melepaskan suar di dekat pesawat patroli mereka di kawasan tersebut.
Insiden-insiden ini semakin memperburuk situasi di Laut China Selatan, di mana klaim teritorial yang tumpang tindih antara negara-negara seperti China, Filipina, dan negara-negara lainnya sering menimbulkan ketegangan dan risiko konflik.
Ketegangan udara antara China dan Filipina semakin memuncak di Laut China Selatan setelah insiden yang terjadi pada 20 Februari 2025. Beijing melaporkan bahwa pesawat Filipina, C-208 dan N-22, memasuki wilayah udara China di atas Pulau Huangyan (Scarborough Shoal) yang disengketakan. China mengklaim bahwa pesawat C-208 secara ilegal memasuki wilayah udaranya dan melakukan manuver yang tidak profesional, menurunkan ketinggiannya secara tajam dalam waktu singkat, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya insiden udara dan maritim.
Beijing juga menuduh Filipina sebagai pihak yang pertama kali memprovokasi insiden ini, dan membalikkan fakta dengan menyebarkan klaim yang dianggap ilegal. Insiden ini merupakan yang kedua antara kedua negara di Laut China Selatan, kawasan yang memiliki klaim teritorial tumpang tindih.
Selain itu, sebelumnya pada minggu lalu, China menanggapi pernyataan Australia terkait sebuah jet tempur PLA J-16 yang dilaporkan melepaskan suar di dekat pesawat patroli maritim Australia, P-8A Poseidon, yang sedang melakukan patroli rutin di kawasan Laut China Selatan.
Ketegangan semacam ini mencerminkan ketidakstabilan yang terus meningkat di Laut China Selatan, dengan berbagai negara yang terlibat dalam perselisihan teritorial yang rumit di wilayah tersebut.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.