Afrika Selatan berharap Presiden Donald Trump dapat menghadiri KTT G20 yang akan diselenggarakan di Johannesburg pada akhir tahun ini. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kepresidenan Afrika Selatan, Vincent Magwenya, dalam konferensi pers pada 5 Februari 2025. Afrika Selatan, yang saat ini memegang posisi presiden G20, merupakan negara Afrika pertama yang memimpin kelompok negara-negara besar ini.
Dalam pernyataannya, Magwenya mengatakan bahwa Presiden Cyril Ramaphosa berharap dapat menyambut Trump dalam kunjungan kenegaraan dan berharap keduanya bisa bermain golf bersama. Kunjungan tersebut diharapkan menjadi kesempatan bagi kedua pemimpin untuk berdiskusi tentang berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama, baik secara bilateral maupun global.
Namun, hubungan kedua negara sempat teruji setelah Trump mengancam akan menghentikan bantuan luar negeri kepada Afrika Selatan terkait kebijakan pengambilalihan tanah yang dianggapnya kontroversial. Meski demikian, Afrika Selatan menegaskan bahwa kebijakan tersebut tidak dimaksudkan untuk menyita tanah secara paksa, melainkan sebagai bagian dari proses hukum yang sesuai dengan konstitusi negara.
Walaupun ada ketegangan dalam beberapa isu, Afrika Selatan tetap berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat, yang merupakan mitra dagang terbesar kedua mereka, dan berharap dapat menyelesaikan kesalahpahaman yang muncul.
Afrika Selatan berharap Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan berkunjung ke negara tersebut pada akhir tahun ini untuk menghadiri KTT G20 yang akan diselenggarakan di Johannesburg. Juru Bicara Kepresidenan Vincent Magwenya menyampaikan hal ini dalam konferensi pers pada 5 Februari 2025. Afrika Selatan, yang kini menjabat sebagai presiden G20, menjadi negara Afrika pertama yang memimpin kelompok negara besar ini.
Magwenya juga menyatakan bahwa Presiden Cyril Ramaphosa sangat berharap dapat menyambut Trump dalam kunjungan kenegaraan dan berharap kedua pemimpin dapat meluangkan waktu untuk bermain golf bersama. Kunjungan ini diharapkan menjadi peluang bagi kedua pemimpin untuk berdiskusi tentang berbagai isu, baik yang bersifat bilateral maupun global.
Namun, hubungan antara kedua negara sempat teruji setelah Trump mengancam akan menghentikan bantuan luar negeri kepada Afrika Selatan terkait kebijakan pengambilalihan tanah. Trump menuduh Afrika Selatan melakukan penyitaan tanah dan memperlakukan kelompok tertentu dengan sangat buruk, yang dianggapnya sebagai pelanggaran HAM besar. Namun, Ramaphosa membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa kebijakan baru yang disahkan bukan untuk penyitaan tanah secara paksa, melainkan untuk memastikan akses publik terhadap lahan yang lebih adil sesuai dengan konstitusi negara.
Meskipun ada ketegangan terkait isu ini, Magwenya menegaskan bahwa hubungan antara Afrika Selatan dan AS tetap kuat, dengan kedua negara memiliki hubungan politik, perdagangan, dan budaya yang strategis. Afrika Selatan berkomitmen untuk menjaga dan mengembangkan hubungan tersebut, serta mengklarifikasi kesalahpahaman yang ada.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.