BMKG: Debu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki sampai ke Pulau Lombok

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa debu vulkanik akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki, yang terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah tersebar hingga ke Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sebaran Debu Vulkanik

Menurut Bastian Andriano, Ketua Tim Data dan Analisis Stasiun Klimatologi BMKG Nusa Tenggara Barat, debu vulkanik tersebut bergerak ke arah barat dan barat daya sejak letusan pertama kali terjadi pada 3 November 2024. Pada 12 November 2024, letusan mencapai ketinggian 9.000 meter dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki, dan pada 13 November 2024, debu vulkanik terdeteksi pada ketinggian 30.000 kaki (sekitar 9.144 meter) di atas permukaan laut. Debu vulkanik ini diperkirakan akan terus bergerak ke arah barat mengikuti arah angin lapisan atas yang bertiup menuju wilayah tersebut.

Dampak Penerbangan

Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki ini telah mempengaruhi jadwal penerbangan di Bandara Lombok, Nusa Tenggara Barat. PT Angkasa Pura I menyatakan bahwa semua rute penerbangan domestik dan internasional mengalami gangguan. Sebanyak 30 penerbangan baik keberangkatan maupun kedatangan terpaksa dibatalkan, sementara 10 penerbangan lainnya mengalami penundaan demi keselamatan penumpang.

Status Gunung Lewotobi Laki-laki

Gunung Lewotobi Laki-laki adalah gunung berapi aktif dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut. Saat ini, gunung ini masih memiliki status Level IV (Awas), yang menandakan bahwa aktivitas vulkaniknya sangat tinggi dan berisiko. Erupsi tersebut telah menyebabkan banyaknya warga yang terdampak, dengan 2.735 keluarga atau sekitar 12.200 jiwa mengungsi akibat abu vulkanik yang menyebar dan ancaman lebih lanjut dari letusan.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Erupsi ini tidak hanya berdampak pada sektor transportasi udara, tetapi juga menyebabkan gangguan sosial dan ekonomi bagi warga sekitar. Pengungsi yang terpaksa meninggalkan rumah mereka masih berada di tempat-tempat pengungsian sementara, dan pihak berwenang serta lembaga terkait terus melakukan upaya mitigasi serta penanganan darurat untuk mengurangi dampak bencana.

Langkah Penanggulangan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa pihaknya terus bekerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menangani pengungsian, memberikan bantuan logistik, serta memastikan keselamatan warga yang terdampak erupsi.

Dengan status gunung yang masih Awas, pihak berwenang terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat, agar tidak ada yang terjebak dalam potensi bahaya lanjutan dari erupsi tersebut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa debu vulkanik dari Gunung Lewotobi Laki-laki, yang terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menyebar hingga Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat. Erupsi yang terjadi sejak 3 November 2024 ini berlanjut dengan letusan besar pada 12 November 2024, yang mencapai ketinggian 9.000 meter dari puncak gunung.

Sebaran Debu Vulkanik

Menurut penjelasan Bastian Andriano, Ketua Tim Data dan Analisis Stasiun Klimatologi BMKG Nusa Tenggara Barat, debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan tersebut bergerak ke arah barat hingga barat daya. Pada 12 November, debu vulkanik terdeteksi pada ketinggian 30.000 kaki (sekitar 9.144 meter) di atas permukaan laut dan bergerak ke arah Pulau Lombok dengan kecepatan 18 knot.

Dampak pada Penerbangan

Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki mengganggu operasional Bandara Lombok, yang mengumumkan pembatalan sejumlah penerbangan. Pada 13 November 2024, 30 penerbangan (baik domestik maupun internasional) dibatalkan, sementara 10 penerbangan lainnya ditunda untuk memastikan keselamatan penumpang. Penerbangan terganggu akibat sebaran abu vulkanik yang menghalangi visibilitas di udara.

Status Gunung Lewotobi Laki-laki

Gunung Lewotobi Laki-laki adalah gunung berapi aktif dengan ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut, dan saat ini memiliki status Level IV (Awas). Erupsi ini menyebabkan dampak signifikan, dengan 2.735 keluarga atau sekitar 12.200 jiwa terpaksa mengungsi untuk menghindari bahaya dari abu vulkanik dan potensi letusan lebih lanjut.

Upaya Penanggulangan dan Bantuan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa pengungsi terus mendapatkan bantuan dan perhatian dari pemerintah serta organisasi terkait. Selain itu, pengawasan terhadap aktivitas gunung berapi juga terus dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang terus memberikan peringatan dini dan pemantauan terkait potensi bahaya lanjutan.

Dengan peringatan Level IV, pemerintah dan BMKG terus memonitor arah angin dan perkembangan letusan, untuk memastikan keselamatan masyarakat di Pulau Flores, Lombok, serta wilayah sekitar yang terpengaruh.

4o mini

Tinggalkan Balasan