Menteri Desa nilai BUMNag Lumpo Pesisir Selatan contoh Bumdes Maju

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, mengapresiasi Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) Tirta Gunung Talau di Nagari Lumpo, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, sebagai contoh badan usaha milik desa (Bumdes) yang sukses dan dapat dijadikan model bagi desa-desa lain di Indonesia. Yandri menilai BUMNag Tirta Gunung Talau, yang bergerak dalam penyediaan air bersih, berhasil mengelola potensi lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Yandri, tiap desa di Indonesia perlu mendirikan Bumdes yang tematik, yang disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing, seperti pertanian, perikanan, atau peternakan. Ia juga menekankan pentingnya keberagaman dalam usaha Bumdes agar harga produk dapat lebih tinggi, mengingat produk yang sama akan menurunkan harga karena produksinya melimpah.

Yandri juga memberikan contoh Bumdes yang telah sukses bekerja sama dengan sektor swasta, seperti Bumdes Payang Sejahtera di Kalimantan Timur, yang memiliki 240 karyawan, dan Bumdes Desa Ngoran di Jawa Timur, yang mengekspor kendang jimbe ke China. Ia berharap Bumdes yang maju dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan desa, termasuk melalui program beasiswa, penanganan kemiskinan ekstrem, dan penanggulangan stunting.

Bumdes yang berkembang juga dapat berkontribusi pada swasembada pangan, dengan setiap desa memiliki Bumdes yang mengelola sektor pangan. Hal ini diyakini akan membantu tercapainya tujuan swasembada pangan di Indonesia.

Sementara itu, Wali Nagari Lumpo, Suhardi Sikumbang, menjelaskan bahwa BUMNag Tirta Gunung Talau berhasil menyediakan air bersih dengan tarif yang jauh lebih murah dibandingkan dengan PDAM. Sebelumnya, warga Lumpo membayar tagihan PDAM antara Rp120 ribu hingga Rp180 ribu per bulan, namun dengan BUMNag, mereka hanya membayar sekitar Rp8 ribu per bulan. Pemindahan pengelolaan air ini dimulai dari inisiatif masyarakat dan dukungan dana desa serta bantuan Pamsimas untuk membangun sistem pipa dari Gunung Talau ke permukiman warga. Kini, BUMNag Tirta Gunung Talau telah beroperasi secara mandiri dengan pengurus yang terdiri dari direktur, sekretaris, bendahara, teknisi, dan petugas penagih.

Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, memuji Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) Tirta Gunung Talau di Nagari Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, sebagai contoh BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang berhasil dan dapat menjadi model bagi desa-desa lain di Indonesia. Yandri menyatakan bahwa BUMNag Tirta Gunung Talau menjadi contoh nyata bagaimana sebuah badan usaha milik desa dapat berfungsi dengan baik dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, khususnya dalam penyediaan air bersih.

Berdasarkan pengamatan Menteri Yandri, setiap desa seharusnya memiliki BUMDes yang tematik, disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah, seperti pertanian, peternakan, atau perikanan. Yandri menekankan pentingnya keberagaman usaha BUMDes agar harga produk desa bisa tetap tinggi karena kompetisi harga bisa menurunkan nilai jual produk jika usaha yang dijalankan serupa.

Sebagai contoh, Yandri merujuk pada keberhasilan BUMDes lain yang telah bekerja sama dengan pihak swasta, seperti Bumdes Payang Sejahtera di Kalimantan Timur, yang mempekerjakan 240 karyawan, serta Bumdes Desa Ngoran di Jawa Timur, yang sukses mengekspor kendang jimbe ke China. Menurutnya, dengan menjalankan BUMDes yang beragam dan kuat, desa bisa menciptakan lapangan kerja dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk dalam hal pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan stunting.

Selain itu, BUMNag Tirta Gunung Talau juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana pengelolaan sumber daya lokal dapat dilakukan dengan baik. Wali Nagari Lumpo, Suhardi Sikumbang, menjelaskan bahwa dengan BUMNag ini, masyarakat Nagari Lumpo bisa menikmati air bersih dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Sebelumnya, warga harus membayar tagihan air PDAM sebesar Rp120 ribu hingga Rp180 ribu per bulan, namun sekarang mereka hanya membayar Rp8 ribu per bulan. Keberhasilan ini bermula dari inisiatif masyarakat yang bekerja sama dengan Pamsimas dan memanfaatkan dana desa untuk pembangunan pipa distribusi air dari Gunung Talau ke rumah-rumah warga. Kini, BUMNag Tirta Gunung Talau sudah beroperasi secara mandiri, dengan pengurus yang terdiri dari direktur, sekretaris, bendahara, teknisi, dan petugas penagih.

Dengan adanya BUMNag seperti Tirta Gunung Talau, Yandri berharap desa-desa lain dapat meniru keberhasilannya, tidak hanya dalam menyediakan layanan dasar seperti air bersih, tetapi juga dalam mengembangkan potensi ekonomi lokal yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa secara keseluruhan.

Tinggalkan Balasan