Pakar hubungan internasional, Faisal Karim, memberikan pandangannya mengenai arah kebijakan luar negeri AS jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden pada Pemilu AS 2024. Faisal menyatakan bahwa Trump kemungkinan akan mengalihkan perhatian AS dari Asia Tenggara dan lebih berfokus pada Asia Timur, terutama terkait dengan hubungan dagang dengan China dan dukungan terhadap Taiwan.
Pemindahan Fokus Diplomasi ke Asia Timur
Menurut Faisal, Trump tidak akan memberikan perhatian besar pada Asia Tenggara seperti yang dilakukan selama masa jabatannya sebelumnya. Fokus Trump, menurutnya, akan lebih tertuju pada masalah yang dianggap lebih besar dan langsung berhubungan dengan kepentingan AS, khususnya dalam hal ekonomi. Salah satu isu utama yang kemungkinan akan menjadi fokus Trump adalah perang dagang dengan China, yang menjadi salah satu prioritas utama pemerintahannya di periode pertama.
Selain itu, Trump juga diperkirakan akan melanjutkan kebijakan pendukungannya terhadap Taiwan dalam menghadapi tekanan dari China, yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, Trump mengadopsi pendekatan yang lebih tegas terhadap Beijing, dengan mengenakan tarif impor yang tinggi dan mendukung Taiwan, yang dapat memperburuk ketegangan di kawasan Asia Timur.
Potensi Kembali Mengabaikan Perubahan Iklim
Faisal Karim juga mengemukakan bahwa Trump kemungkinan besar akan berpaling lagi dari Kesepakatan Paris mengenai perubahan iklim, yang sempat ditandatangani pada 2015. Pada masa pemerintahannya sebelumnya, Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut pada 2019, dengan alasan bahwa komitmen negara-negara besar untuk mengurangi emisi karbon akan merugikan ekonomi AS. Meskipun AS kembali bergabung dengan Kesepakatan Paris setelah Biden menjabat pada 2020, Faisal berpendapat bahwa jika Trump terpilih kembali, dia mungkin akan menarik diri lagi dari komitmen tersebut untuk memprioritaskan kebijakan domestik yang lebih berfokus pada ekonomi.
Konflik dengan Kamala Harris
Pada saat yang sama, Donald Trump sedang menghadapi kompetisi sengit dari Kamala Harris, wakil presiden AS yang kini mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Demokrat. Berdasarkan hasil hitungan cepat yang dirilis pada 6 November, Trump sementara unggul dengan 51,2% suara elektoral, sementara Harris baru meraih 47,4%. Dalam pemilu ini, Trump berusaha kembali memimpin Gedung Putih setelah sempat kalah dari Joe Biden pada pemilu 2020.
Dengan suara elektoral sementara 248 untuk Trump dan 214 untuk Harris, persaingan menuju 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang masih sangat ketat. Sementara itu, Kamala Harris, yang berusia 60 tahun, menjadi calon dari Partai Demokrat setelah Presiden Biden memutuskan untuk mundur dari pencalonan. Di sisi lain, Donald Trump, yang berusia 78 tahun, mencalonkan diri untuk ketiga kalinya berturut-turut, dengan harapan dapat kembali memimpin negara.
Dampak terhadap Asia Tenggara
Meski fokus Trump lebih condong ke Asia Timur, Asia Tenggara tetap akan menjadi bagian dari kebijakan luar negeri AS, meskipun kemungkinan dengan prioritas yang lebih rendah. Selama masa pemerintahannya sebelumnya, Trump juga memperkenalkan kebijakan Indo-Pasifik yang berfokus pada menanggapi kebangkitan China di kawasan tersebut. Namun, jika Trump benar-benar mengalihkan perhatian utama ke China dan Taiwan, maka negara-negara di Asia Tenggara, yang sebagian besar memiliki hubungan dagang dan keamanan yang signifikan dengan AS, bisa jadi akan merasa dampaknya, meskipun tidak mendapatkan perhatian langsung yang sama seperti kawasan Asia Timur.
Kesimpulan
Pakar memperkirakan bahwa kebijakan luar negeri Trump, jika terpilih kembali, akan lebih berfokus pada masalah-masalah domestik dan tantangan ekonomi yang dihadapi AS, dengan Asia Timur sebagai prioritas utama, terutama dalam konteks persaingan dengan China. Hal ini berpotensi mengurangi perhatian AS terhadap kawasan Asia Tenggara, meskipun hubungan ekonomi dan keamanan tetap menjadi faktor penting. Selain itu, keputusan terkait perubahan iklim, seperti potensi penarikan diri lagi dari Kesepakatan Paris, akan mempengaruhi citra AS di panggung global dalam isu lingkungan hidup.
Berita mengenai pandangan seorang pakar hubungan internasional, Faisal Karim, tentang kemungkinan perubahan fokus kebijakan luar negeri AS jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden, dapat dilihat dalam konteks yang lebih luas. Pandangan ini mengarah pada perubahan strategi AS, terutama terkait kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, serta beberapa isu internasional lainnya. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait proyeksi ini:
1. Asia Tenggara Kurang Prioritas
Faisal Karim mengungkapkan bahwa Asia Tenggara kemungkinan akan kehilangan prioritas dalam kebijakan luar negeri AS jika Trump kembali menjabat. Hal ini mencerminkan perubahan pendekatan Trump yang lebih mengutamakan masalah domestik dan hubungan dengan kekuatan besar di kawasan Asia Timur, seperti China dan Taiwan. Sebelumnya, Trump memang lebih fokus pada kebijakan perdagangan dan ketegangan dengan China, yang menjadi salah satu titik utama dalam kebijakan luar negeri AS selama pemerintahannya.
Meskipun kawasan Asia Tenggara tetap penting bagi AS karena faktor ekonomi dan keamanan, khususnya dalam hubungan perdagangan dan aliansi di bawah payung ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), jika Trump terpilih lagi, kawasan ini bisa jadi akan kurang mendapatkan perhatian langsung. Dalam konteks ini, kawasan Asia Timur yang lebih dinamis dalam hal persaingan kekuatan besar mungkin lebih menjadi fokus, mengingat ketegangan antara AS dan China serta dukungan terhadap Taiwan.
2. Fokus Utama ke China dan Taiwan
Faisal memprediksi bahwa Trump akan berfokus pada Asia Timur, terutama dalam menghadapi China, yang sejak masa pemerintahannya pertama kali mulai mendapatkan perhatian besar. Konflik dagang antara AS dan China menjadi agenda utama selama periode pertama Trump, dan ini berpotensi dilanjutkan atau diperburuk dengan kebijakan proteksionis dan penguatan posisi AS di kawasan tersebut.
Selain itu, isu Taiwan juga akan menjadi fokus utama, mengingat ketegangan yang terus berkembang di Selat Taiwan. Trump telah menunjukkan dukungan kuat terhadap Taiwan selama masa jabatannya, dan ini kemungkinan akan berlanjut, mengingat ketegangan yang meningkat dengan China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
3. Kebijakan Iklim dan Perjanjian Paris
Trump juga diperkirakan akan kembali mengabaikan Kesepakatan Paris mengenai perubahan iklim, sebuah keputusan yang telah diambil pada 2019 ketika AS secara resmi keluar dari perjanjian tersebut. Meskipun Presiden Joe Biden kembali membawa AS ke dalam kesepakatan ini setelah terpilih pada 2020, Trump, jika terpilih lagi, kemungkinan akan menghapus komitmen tersebut dan melanjutkan kebijakan yang lebih berfokus pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri, yang ia anggap lebih penting daripada kesepakatan internasional mengenai iklim.
4. Pertarungan dengan Kamala Harris
Kehadiran Kamala Harris sebagai calon presiden dari Partai Demokrat juga menciptakan kontras dalam kebijakan luar negeri yang bisa dihadapi Trump. Harris, sebagai petahana wakil presiden, kemungkinan akan memperkuat kebijakan luar negeri yang lebih multilateral, berfokus pada kemitraan internasional dan diplomasi, serta isu-isu global seperti perubahan iklim dan hak asasi manusia. Ini bertolak belakang dengan pendekatan lebih unilateral yang kemungkinan akan diambil oleh Trump, yang lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dan kebijakan domestik AS.
5. Dampak terhadap Asia Tenggara
Meskipun Asia Tenggara mungkin tidak akan menjadi fokus utama jika Trump kembali terpilih, kawasan ini tetap akan menjadi bagian penting dalam kebijakan luar negeri AS. Negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina tetap memainkan peran penting dalam strategi Indo-Pasifik yang lebih luas. Oleh karena itu, meskipun Trump mungkin akan mengalihkan fokus utamanya ke Asia Timur, hubungan ekonomi dan aliansi dengan negara-negara Asia Tenggara tetap relevan, meskipun tidak akan menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri.
6. Dinamika Pemilu AS 2024
Seiring dengan pemilu AS 2024 yang sangat sengit, dengan Trump yang unggul sementara di beberapa hitungan cepat melawan Kamala Harris, hasil pemilu ini dapat menentukan arah kebijakan luar negeri AS dalam beberapa tahun mendatang. Jika Trump memenangi pemilu dan kembali ke Gedung Putih, kebijakan luar negeri AS kemungkinan akan lebih fokus pada persaingan dengan China dan permasalahan domestik, dengan perhatian lebih sedikit diberikan pada kawasan Asia Tenggara.
Kesimpulan
Pakar hubungan internasional Faisal Karim memandang bahwa Trump akan lebih berfokus pada Asia Timur, dengan masalah seperti perang dagang dengan China dan dukungan terhadap Taiwan menjadi prioritas utama dalam kebijakan luar negeri AS. Di sisi lain, kawasan Asia Tenggara, meskipun tetap penting bagi AS dalam konteks ekonomi dan aliansi, kemungkinan akan mendapatkan perhatian yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kawasan Asia Timur yang lebih langsung terlibat dalam persaingan kekuatan besar.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.