Tahun 2024 catat rekor terburuk kematian pekerja kemanusiaan sedunia

Tahun 2024 mencatatkan rekor terburuk dalam sejarah kematian pekerja kemanusiaan, dengan 281 orang tewas di seluruh dunia, menurut laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA). Hal ini menunjukkan peningkatan kekerasan yang luar biasa terhadap pekerja kemanusiaan, yang sering kali menjadi sasaran peluru dan bom saat menjalankan tugas kemanusiaan. Tom Fletcher, koordinator bantuan darurat PBB, mengecam tindakan ini sebagai sesuatu yang “keterlaluan” dan menyerukan perlindungan lebih besar untuk pekerja kemanusiaan serta penegakan hukum internasional.

Sebagian besar pekerja kemanusiaan yang tewas tahun ini adalah staf lokal dari organisasi nonpemerintah, badan-badan PBB, serta gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang bekerja di wilayah-wilayah konflik seperti Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, Sudan, Ukraina, dan Yaman. Salah satu faktor yang mendorong tingginya angka kematian adalah eskalasi kekerasan di Gaza, dengan lebih dari 320 pekerja kemanusiaan tewas sejak Oktober 2023, banyak di antaranya adalah staf UNRWA yang bekerja dengan pengungsi Palestina.

Peningkatan kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan ini mencerminkan tren yang lebih luas dari meningkatnya korban sipil di zona konflik. Pada tahun 2023, lebih dari 33.000 warga sipil tewas di 14 zona konflik, sebuah lonjakan signifikan dibandingkan dengan tahun 2022.

Meskipun ancaman dan bahaya terus meningkat, organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan tetap melanjutkan pekerjaan mereka, menjangkau lebih dari 144 juta orang yang membutuhkan bantuan pada tahun 2023. Sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman terhadap pekerja kemanusiaan, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 2730 pada Mei 2024, yang bertujuan untuk memperkuat perlindungan bagi personel kemanusiaan dan memperbaiki akuntabilitas dalam menghadapi kekerasan ini.

Tahun 2024 mencatatkan rekor terburuk dalam sejarah kematian pekerja kemanusiaan di seluruh dunia, dengan 281 pekerja tewas, menurut laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA). Jumlah ini menandai lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yang juga mencatatkan angka kematian tinggi dengan 280 pekerja kemanusiaan tewas.

Kebanyakan dari pekerja kemanusiaan yang tewas adalah staf lokal yang bekerja untuk organisasi nonpemerintah, badan-badan PBB, serta gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang beroperasi di berbagai zona konflik, termasuk di negara-negara seperti Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, Sudan, Ukraina, dan Yaman. Di antara penyebab utama peningkatan angka kematian ini adalah eskalasi kekerasan di Gaza, di mana lebih dari 320 pekerja kemanusiaan tewas sejak Oktober 2023, banyak di antaranya adalah anggota staf Badan Bantuan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Kekerasan yang meningkat ini mencerminkan tren global yang lebih besar, di mana jumlah korban sipil di zona konflik bersenjata juga mengalami lonjakan. Pada tahun 2023, lebih dari 33.000 warga sipil tewas di 14 zona konflik, sebuah angka yang meningkat 72 persen dibandingkan tahun 2022.

OCHA dan pihak PBB lainnya mengecam peningkatan kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan dan mendesak negara-negara serta pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk lebih melindungi pekerja kemanusiaan dan menegakkan hukum internasional. PBB juga telah mengadopsi Resolusi 2730 pada Mei 2024 sebagai langkah untuk meningkatkan perlindungan terhadap pekerja kemanusiaan dan mengurangi kekerasan yang mereka alami di medan tugas.

 

4o mini

Tinggalkan Balasan